Sabtu, Oktober 25, 2008

CINTA LAKI-LAKI BIASA #3 (End).

Sambungan ...

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat. Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik. Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua! Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya. Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam! Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama. Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa? Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi? Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.
Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya. Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.


Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..
- Asma Nadia –


PENUTUP
“Ya Tuhan aku bersyukur kepadaMu bahwa aku, Kau anugerahi kesempatan mengetahui, membaca dan merenungkan rahasia kehidupan pasutri Bang Rafli dan Nania tersebut diatas, dimana keduanya begitu menghargai, menjalani, mengatasi segala macam cobaan dan rintangan, namun tetap setia dan tegar pada ‘Janji Perkawinan’ yang pernah mereka ucapakan yaitu: Kami akan selalu saling mencintai dan menyayangi baik dalam keadaan senang dan susah, dalam keadaan sehat dan sakit. Ya Tuhan aku mohon kepadamu agar aku dapat Kau beri kekuatan sehingga dapat seperti Bang Rafli, menahan diri dan tidak sedikitpun menyimpan dendam atas penghinaan oleh para saudara ipar, mertua serta kawan-kawan dekat Nania isterinya tercinta. Tetapi tetap tegar menjalani roda-roda kehidupan, tetap setia berusaha melakukan tindakan-tindakan yang membawa sedikit kegembiraan bagi Nania yang tentunya sangat sedih dan menderita sejak kelumpuhan menimpa dirinya. Dari seorang yang terpandang dan tergolong sukses, tiba-tiba menjadi manusia biasa yang tergolong orang-orang yang kurang beruntung. Berusaha mendidik anak-anak nya dengan baik sehingga menjadi manusia dewasa biasa yang baik serta bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya dan masyrakat pada umumnya. Bukan untuk menjadikan mereka orang-orang terkenal, tetapi banyak menimbulkan rasa iri hati, kekecewaan bagi orang-orang di sekitarnya. Ya Tuhan semoga pada hari-hari esok aku selalu kau buat sadar bahwa aku ini seorang manusia biasa, yang disamping mempunyai sedikit kelebihan, tetapi masih banyak mempunyai kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan. Ya Tuhan semoga aku dapat selalu ingat untuk Bermurah hati dengan Pujian-Pujian dan berhati-hati dalam memberikan Kritik”. Amin…